Benar-benar menampakkan “Wajah Kelam Demokrasi Jelang 2014″. Demokrasi merusak, menghancurkan, dan membinasakan bangsa Indonesia.
Berapa ratus triliun uang rakyat yang dikuras melalui APBN untuk mendanai kesesatan dan sistem dajjal demokrasi itu?
Adanya kebebasan atau liberalisasi di
semua sektor kehidupan, bukan membuat bangsa menjadi lebih berkarakter,
dan berlomba-lomba dalam kebaikan, tetapi mereka berlomba-lomba menuju
kepada kesesatan dan kehancuran, secara total.
Proses kebebasan atau liberalisasi
bangsa Indonesia, melebihi proses kebebasan yang yang pernah terjadi di
masyarakat Barat. Kebebasan dan liberalisasi di semua sektor kehidupan
bangsa Indonesia, sudah sangat menyentuh sendi-sendi dasar kehidupan
bangsa Indonesia. Semua itu hanya akan menuju kepada satu tujuan yang
sifatnya destruktif secara massal.
Sekarang partai mana yang tidak terlibat dalam korupsi
dan tindak pencucian uang? Tidak ada satupun partai politik, di
Indonesia yang bersih dari korupsi. Tidak ada satupun pemimpin partai
yang tidak bersentuhan dengan korupsi atau pencucian uang langsung atau
tidak langsung. Partai mana yang pemimpinnya masih memiliki moralitas
agama dan mengamalkannya secara jujur?
Mulai dari partai yang lahir di era Reformasi,
seperti Partai Demokrat, PAN, PKB, dan PKS, atau PBB, dan masih adakah
partai ini yang bersih dari kejahatan korupsi dan tindak pencucian uang?
Tidak ada satupun mereka yang terbebas
dari korupsi. Semua mereka menikmati korupsi dengan penuh kesadaran.
Seakan hidup para pemimpin partai itu hanyalah untuk menikmati korupsi.
Tentu, paling membuat rakyat masygul, adalah terhadap Partai Demokrat, karena partai yang pernah para pemimpinnya mengatakan, “tidak” kepada korupsi, justru seluruh pemimpin tertingginya terlibat kasus korupsi dalam skala yang sangat besar.
Ini semua tak terlepas peranan dari
Ketua Umum Partai Demokrat, SBY dalam memimpin partai. Sejatinya SBY
sudah gagal membawa Partai Demokrat, bangsa, dan negara kepada kehidupan
yang terbebas dari korupsi dalam skala luas. Rezim SBY menjadi
copypaste dari rezim KKN Soeharto. SBY membuat korupsi lebih sistemik di
seluruh lapisan struktur negara atau pemerintahan.
Tentu, jika SBY memiliki kesadaran yang
mendalam terhadap kondisi nasional sekarang ini, justru SBY sudah
meminta berhenti sebagai presiden, karena gagal melaksanakan kewajiban
konstitusionalnya sebagai presiden.
Partai Demokrat di bawah kepemimpinan
SBY memiliki stigma yang sangat negatif. Kasus pembangunan sarana
olahraga di Hambalang Bogor dan pembangunan Wisma Atlet di Palembang,
dan kasus-kasus lainnya, seperti diungkapkan oleh Bendahara Umum Partai
Demokrat, M. Nazaruddin, sejatinya sudah membuat Partai Demokrat, tidak
layak lagi tetap hidup dan menjadi partai politik yang memiliki tanggung
jawab moral kepada bangsa dan negara.
Kasus ini melibatkan mantan Ketua Umum
Parta Demokrat Anas Urbaningrum (tersangka dan belum ditahan). Mantan
Menpora Andi Alfian Mallarangeng yang juga mantan anggota Dewan Pembina
Partai Demokrat (tersangka dan ditahan). Mantan Bendahara Partai
Demokrat M. Nazaruddin (divonis 7 tahun) dan mantan Wasekjen Partai
Demokrat, Angelina Sondakh (divonis 4 tahun). Kemungkinan tokoh-tokoh
lainnya dari Partai Demokrat tidak tertutup kemungkinan menjadi
tersangka.
Kemudian, Partai Golkar, partai
bentukan Jendral Soeharto ini, sejatinya “rajanya” korupsi di Indonesia.
Golkar bisa dikatakan sebagai partai yang paling korup ditandai dengan
kasus pengadaan kitab suci Al Quran di Kementrian Agama.
Al-Qur’an pun menjadi objek korupsi oleh
Golkar. Kasus ini melibatkan kader partai Golkar, Zulkarnaen Djabar.
Anggota DPR Partai Golkar daerah pemilihan Jabar V ini divonis 15 tahun
penjara. Putranya Dendy yang juga kader Partai Golkar juga divonis 15
tahun penjar.
Stigma Golkar sebagai ”raja”
korup sangat sempurna, saat kasus tertangkap tangannya Akil Mochtar,
Ketua Mahkamah Konstitus (MK)i dalam kasus suap Pilkada Bupati Lebak.
Akil Mochtar yang menjadi Ketua MK adalah kader partai Golkar dan pernah
tiga periode menjadi anggota DPR.
Kasus suap dalam sengketa Pilkada Bupati
Lebak ini juga melibatkan Tubagus Chaeri Wardana (Wawan). Wawan adalah
adik Gubernur Banten, Ratu Atut Choisyah. KPK menduga, Ratu Atut
Choisyah ikut ambil bagian dalam proses terjadi suap kepada M Akil
Mochtar.
Selain Gubernur Banten, Ratu Atut adalah
tokoh perempuan Partai Golkar. Masih dalam kaitan kasus ini, Partai
Golkar tak dapat dilepaskan dari sosok sebagai partai korup, karena
Chairunnisa, tokoh wanita Partai Golkar Kalimantan Tengah ini adalah
juga anggota DPR Partai Golkar. Chairunnisa diduga ikut terlibat dalam
kasus suap sengketa Pilkada Bupati Gunung Mas, Kalteng.
Kasus Akil Mochtar menjadi sangat
sempurna, bukan hanya Akil Mochtar sebagai Ketua MK, menerima suap dan
sogok, tetapi Akil juga berdasarkan tes DNA menggunakan sabu. Sungguh
sempurna apa yang dilakukan oleh Akil, kader Golkar ini.
Stigma korup juga melekat kepada Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). KPK menyatakan 15 kader partai
ini terlibat dalam kasus korupsi pemilihan Deputy Gubernur Bank
Indonesia (BI) di antaranya Panda Nababan, Dudhi Makmun Murod, Agus
Chondro dan Willem Tutuarima.
Sosok PDIP yang dipimpin anak Bung
Karno, yaitu Megawati, sebagai partai korup juga sampai berkembang di
daerah-daerah setelah sejumlah kadernya yang menjabat sebagai
bupati/walkota hingga gubernur dicokok KPK, karena terlibat kasus
korupsi.
Menurut Litbang PDIP, Kwik Kian Gie,
menyatakan PDIP yang dipimpin Mega, partai yang paling korup. Partai
yang mengaku partainya “wong” cilik, tetapi tokoh dan anggota
parlemennya paling tamak, dan bahkan, Megawati memberikan pengampunan
kepada konglomerat hitam (Cina) pengemplang BLBI Rp 650 triliun.
Menjelang pemilu 2014 nanti, tetap
kekuatan politik wajah lama, seperti Golkar, PDIP, dan mungkin Demokrat
yang akan tetap dominan. Tak akan ada muncul tokoh atau pemimpin baru
yang bakal lahir.
Disamping itu, karena kekuatan regional
dan multiralteral tetap menginginkan kepastian dan jaminan bagi
kepentingan mereka di Indonesia. Mereka pasti tetap milih partai lama
tokoh lama, dan akan melakukan negosiasi dengan kekuatan politik lama.
Tidak mungkin kekuatan modal dari
kepentingan regional atau multilateral yang hadir di Nusa Dua, Bali,
dalam KTT APEC, mau menerima kekuatan politik baru, yang tidak dapat
memberikan jaminan kepastian kepada kepentingan investasi dan modal
mereka. Inilah yang akan terjadi. Betapapun mereka sebuah pemimpin rezim
yang sangat korup.
Barisan Kaum Munafik
Betapa perihnya melihat masa depan
Indonesia nanti. Berbagai nuansa yang sangat destruktif sudah sangat
nampak di depan mata. Apalagi, kalau mencermati nama-nama daftar calon
legislatif pusat atau daerah, mereka dari segi kualitas moral,
integritas, dan komitmen kepada rakyat sangat nihil. Mengharapkan
perbaikan dan pembaharuan dari mereka hanyalah mimpi buruk.
Mereka adalah orang-orang yang hanya
akan menghamba kepada hawa nafsunya belaka. Demi kekuasaan, jabatan,
harta, dan kenikmatan dunia.
Tidak ada diantara mereka yang
sungguh-sungguh dan jujur mengabdi kepada kepentingan rakyat yang
dilandasi oleh kejujuran dan pengabdian. Apalagi, sisi-sisi moral agama.
Tidak ada lagi paramater moral yang mereka gunakan. Inilah yang potret
masa depan Indonesia.
Apalagi, kalau melihat bakal calon-calon
presiden pada pemilu presiden 2014 nanti. Hanya terdiri tokoh-tokoh
yang sudah sangat jelas, bagaimana masa lalu mereka ini. Mereka tak
pernah berpihak kepada rakyat dan umat. Mereka hanya menjadi bintang
iklan di televisi dengan penuh kepura-puraan yang palsu dan menipu.
Indonesia akan dipimpin dan diatur para
munafiqin. Mereka kalau berbicara selalu penuh dengan dusta dan bohong.
Antara yang diucapkan lewat mulutnya, selalu diselisihi oleh hatinya,
dan amalnya.
Jika mereka mengaku ingin membela
rakyat, sejatinya mereka itu bertujuan menghancurkan rakyat. Sementara
itu, kalau mereka memberikan janji, pasti selalu mengingkari atau
berbohong, dan jika diberi amanah pasti akan berkhianat. Amanah apa
saja, termasuk amanah kekuasaan, pasti mereka berkhianat.
Bersiap-siaplah menghadapi era kehidupan
yang kelam. Akibat kita terperosok ke dalam jurang demokrasi.
Selamanya, kebathilan akan membawa kerusakan dan kehancuran terhadap
dirinya. Persis seperti yang terjadi di negara-negara Barat yang sedang
menuju kehancuran dan sekarat.
Para munafiqin atau orang-orang hatinya
terkena penyakit nifaq itu, persis digambarkan dalam surah al-Baqarah
ayat 204, seperti dalam asbabul nuzulnya, di mana seorang yang bernama
Akhnas bin Syuraiq datang kepada Nabi Shallahu alaihi wasssalam,
kemudian memuji Nabi dan menyatakan masuk Islam.
Tetapi, sesudah Akhnas meninggalkan Nabi
Shallahu alaihi wassalam, dan pulang melewati kebun dan peternakan
milik kaum Muslim, Akhnas membakar kebun dan ternak yang dimiliki kaum
Muslimin.
Munafik selalu antara mulut dengan hati
dan amal atau tindakannya berselisih. Sulitnya orang-orang munafik
berada di tengah-tengah komunitas Muslim. Wallahu’alam
video & gambar: indocropcircle
Sumber: votreesprit.wordpress.com